Dunia tambah edan. Ini kasus penjualan perawan cewek-cewek SMA/SMK. Sekali "membobol" keperawanan cewek SMA/SMK, harganya Rp 8 juta. Untung saja, sindikat prostitusi menjual keperawanan serta pekerja seks komersil (PSK) di bawah umur itu, berhasil diungkap Unit Reserse Kriminal (Reskrim) Polsekta Samarinda Utara.
Kasus trafficking atau perdagangan manusia ini terkuak, setelah polisi melakukan razia pengunjung di salah satu hotel kelas melati, di Jl Gatot Subroto. Diantara sejumlah warga yang terjaring, polisi memergoki seorang gadis di bawah umur dan masih berstatus siswi di salah satu SMK Negeri di Samarinda, berada di salah satu kamar hotel tersebut.
Sebut saja namanya Wulan (17). "Awalnya gadis itu (Wulan, Red) mengaku sedang menunggu temannya. Tapi setelah kami periksa di Polsek, akhirnya dia mengaku akan dijual kepada seorang om-om. Gadis ini ternyata disuruh menjual diri oleh seorang mucikari yang bernama Sukma," jelas Kapoltabes Samarinda Kombes Pol HM Arkan Hamzah, melalui Kapolsekta Samarinda Utara AKP Bambang Budiyanto.
Setelah mendapatkan informasi tentang Sukma dari sejumlah saksi, polisi bergegas mengembangkan penyelidikan. Akhirnya, Sukma berhasil menciduk. Ia diketahui seorang ibu rumah tangga. "Dari penyelidikan kami terhadap pelajar yang dijual oleh Sukma (Wulan, Red), terungkap ia kenal pertama kali pada 2009 lalu. Saat itu Sukma terus mendekati gadis ini dan membujuknya agar mau menjual keperawanan kepada seorang om-om," jelas Bambang.
Menurut Bambang, Sukma mengiming-imingi uang yang ditawarkan om-om tersebut cukup besar. Yakni senilai Rp8 juta. Syaratnya, Wulan harus merelakan kegadisannya direnggut lelaki hidung belang tersebut. Awalnya Wulan menolak mentah-mentah. Tapi Sukma terus mendekati dan merayu Wulan yang saat itu masih berusia 16 tahun.
Karena terus didesak dan tergiur dengan uang jutaan Rupiah yang bagi Wulan nilainya cukup besar itu, gadis lugu ini pun luluh. Wulan pun dijual dan harus merelakan kegadisannya direnggut lelaki yang baru dikenalnya, di sebuah hotel melati di kawasan Jl Lambung Mangkurat, Samarinda Utara. "Dan sejak itu juga pelajar ini terus menerus diminta melayani sejumlah lelaki hidung belang oleh Sukma.
Bahkan Sukma juga yang mengantar gadis itu ke hotel melati di Jl Gatot Subroto sehingga akhirnya terjaring razia yang kami gelar," papar Bambang. Dari penyelidikan, ternyata bukan cuma Wulan yang menjadi korban perdagangan manusia yang dilakoni oleh Sukma. Masih ada sejumlah ABG yang rata-rata berstatus siswi SMA/SMK yang bernasib sama dengan Wulan.
"Saat menjual keperawanan gadis itu (Wulan, Red), Sukma mengambil uang fee Rp1,5 Juta dari Rp8 juta yang diterima dari lelaki yang mengencaninya," imbuh Bambang. Setelah tak lagi perawan, Wulan dijual kepada sejumlah lelaki hidung belang dengan tarif Rp500 hingga Rp750 ribu untuk sekali kencan. "Tak jarang, Sukma mengutip 50 persen dari uang dari laki-laki yang mengencani gadis-gadis pelajar tersebut.
Alasannya karena Sukma yang bekerja mencari pelanggan atau om-om," beber Bambang. Saat diperiksa polisi, Sukma pun mengakui perbuatannya. Saat ini Sukma masih diperiksa dan terancam dijebloskan ke dalam tahanan karena terlibat praktik perdagangan manusia.
Kasus trafficking atau perdagangan manusia ini terkuak, setelah polisi melakukan razia pengunjung di salah satu hotel kelas melati, di Jl Gatot Subroto. Diantara sejumlah warga yang terjaring, polisi memergoki seorang gadis di bawah umur dan masih berstatus siswi di salah satu SMK Negeri di Samarinda, berada di salah satu kamar hotel tersebut.
Sebut saja namanya Wulan (17). "Awalnya gadis itu (Wulan, Red) mengaku sedang menunggu temannya. Tapi setelah kami periksa di Polsek, akhirnya dia mengaku akan dijual kepada seorang om-om. Gadis ini ternyata disuruh menjual diri oleh seorang mucikari yang bernama Sukma," jelas Kapoltabes Samarinda Kombes Pol HM Arkan Hamzah, melalui Kapolsekta Samarinda Utara AKP Bambang Budiyanto.
Setelah mendapatkan informasi tentang Sukma dari sejumlah saksi, polisi bergegas mengembangkan penyelidikan. Akhirnya, Sukma berhasil menciduk. Ia diketahui seorang ibu rumah tangga. "Dari penyelidikan kami terhadap pelajar yang dijual oleh Sukma (Wulan, Red), terungkap ia kenal pertama kali pada 2009 lalu. Saat itu Sukma terus mendekati gadis ini dan membujuknya agar mau menjual keperawanan kepada seorang om-om," jelas Bambang.
Menurut Bambang, Sukma mengiming-imingi uang yang ditawarkan om-om tersebut cukup besar. Yakni senilai Rp8 juta. Syaratnya, Wulan harus merelakan kegadisannya direnggut lelaki hidung belang tersebut. Awalnya Wulan menolak mentah-mentah. Tapi Sukma terus mendekati dan merayu Wulan yang saat itu masih berusia 16 tahun.
Karena terus didesak dan tergiur dengan uang jutaan Rupiah yang bagi Wulan nilainya cukup besar itu, gadis lugu ini pun luluh. Wulan pun dijual dan harus merelakan kegadisannya direnggut lelaki yang baru dikenalnya, di sebuah hotel melati di kawasan Jl Lambung Mangkurat, Samarinda Utara. "Dan sejak itu juga pelajar ini terus menerus diminta melayani sejumlah lelaki hidung belang oleh Sukma.
Bahkan Sukma juga yang mengantar gadis itu ke hotel melati di Jl Gatot Subroto sehingga akhirnya terjaring razia yang kami gelar," papar Bambang. Dari penyelidikan, ternyata bukan cuma Wulan yang menjadi korban perdagangan manusia yang dilakoni oleh Sukma. Masih ada sejumlah ABG yang rata-rata berstatus siswi SMA/SMK yang bernasib sama dengan Wulan.
"Saat menjual keperawanan gadis itu (Wulan, Red), Sukma mengambil uang fee Rp1,5 Juta dari Rp8 juta yang diterima dari lelaki yang mengencaninya," imbuh Bambang. Setelah tak lagi perawan, Wulan dijual kepada sejumlah lelaki hidung belang dengan tarif Rp500 hingga Rp750 ribu untuk sekali kencan. "Tak jarang, Sukma mengutip 50 persen dari uang dari laki-laki yang mengencani gadis-gadis pelajar tersebut.
Alasannya karena Sukma yang bekerja mencari pelanggan atau om-om," beber Bambang. Saat diperiksa polisi, Sukma pun mengakui perbuatannya. Saat ini Sukma masih diperiksa dan terancam dijebloskan ke dalam tahanan karena terlibat praktik perdagangan manusia.